Untitled-2

Minggu, 18 Februari 2018

Mantan Teroris yang jadi pengusaha kuliner di Solo



 legendaqq.org

“Saya tunjukkan, dari 2009 sampai sekarang bahwa saya bukan Yusuf yang dulu dan akan selalu seperti ini.”

eski tak pernah ikut sekolah memasak, tangan Machmudi Haryono alias Yusuf Adirima sangat lihai memainkan aneka peralatan masak di dapur. Sembari menunggu air yang ia rebus mendidih, tangannya sibuk memotong wortel menjadi beberapa bagian. Hari itu ia membuat masakan dalam jumlah besar. Maklum saja, jam makan siang sudah hampir tiba, sementara rumah makan miliknya di tengah Kota Solo, Jawa Tengah, mulai dipadati pengunjung yang perutnya tengah keroncongan.

Sudah enam tahun belakangan ini Yusuf menjalankan bisnis kulinernya, Dapoer Bistik Solo. Usaha miliknya ini menawarkan sajian berbahan dasar daging sapi. Sedangkan menu spesialnya adalah iga bakar. Disajikan lengkap dengan saus, wortel, dan kentang. Pengunjungnya pun beraneka ragam. Tak jarang rumah makannya dikunjungi pejabat setempat.

“Alhamdulillah masih berjalan dengan dibantu 12 karyawan sampai hari ini dan masih melayani pelanggan di Solo,” ujar Yusuf. Keuntungannya berbisnis kuliner tak Yusuf sia-siakan. Ia putar lagi duit keuntungan dari Dapoer Bistik untuk membuka dua jenis usaha baru, yaitu usaha rental mobil di Semarang dan jasa laundry.

Siapa sangka, di balik perangainya yang ramah dan murah senyum ini, Yusuf merupakan mantan narapidana terorisme. Sebelum piawai memainkan wajan penggorengan, Yusuf lebih pandai menarik pelatuk senapan serbu AK-47 dan M-16. Yusuf juga paham bagaimana cara bertahan di hutan belantara dengan strategi gerilya. Ilmu itu ia dapatkan ketika Yusuf bergabung dengan kelompok Jamaah Islamiyah dan gerilyawan Moro Islamic Liberation Front. Selama hampir tiga tahun Yusuf menjadi kombatan di Kamp Hudaibiyah, Filipina Selatan.

Kembali ke Tanah Air, Yusuf terlibat dalam kasus penyimpanan bom milik jaringan Abu Tholut, mantan terpidana bom Hotel Marriott pada 2002. Yusuf ditangkap Detasemen Khusus 88 dan Polda Jawa Tengah bersama tiga orang temannya pada pertengahan 2003 di sebuah rumah kontrakan di Jalan Taman Sri Rejeki Selatan VII, Semarang. Di rumah itu ditemukan 26 bom rakitan dan amunisi yang beratnya lebih dari 60 kilogram. Menurut pihak kepolisian kala itu, rakitan bom yang disimpan Yusuf dan kawan-kawan memiliki daya ledak dua kali lipat daripada Bom Bali.

“Sangat menyesakkan dada, ketika mengetik nama saya di Google, akan muncul berita negatif tentang saya. Jika mengetik nama saya di YouTube, akan muncul video kasus hukum saya.”

“Saat ditangkap, saya cuma bisa pasrah saja. Konsekuensinya, saya dihukum 10 tahun penjara. Tapi masa tahanan yang saya jalani selama 5 tahun 6 bulan karena mendapat remisi,” ujar Yusuf. Dia bebas bersyarat pada 2009.

Di dalam Lapas Kedungpane, Semarang, Yusuf lebih banyak merenungkan ideologi yang ia yakini selama ini, keyakinan yang membuat Yusuf harus mendekam di penjara. Yusuf baru menyadari bahwa versi jihad ala kelompoknya dengan bom bunuh diri ini justru dapat menghilangkan nyawa orang yang tidak bersalah. Yusuf bertekad dalam hati untuk menjalankan hidup normal setelah keluar dari penjara. Tantangan yang ia dapatkan selepas dari penjara justru jauh lebih berat. Stigma sebagai mantan napi teroris sulit dihilangkan. Dia sempat bekerja di sebuah rumah makan bebek goreng di Semarang, tapi tak lama kemudian Yusuf dipecat oleh bosnya.

“Alasannya sih saya minta libur kerja terus. Karena memang pada saat itu saya masih harus wajib lapor ke Polda Jawa Timur di Surabaya. Tapi salah satu faktornya yang dilihat juga karena saya mantan napi teroris,” kata Yusuf.

Sempat pontang-panting bekerja di bidang lain, Yusuf bertemu dengan Noor Huda Ismail, pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian, yang aktif memberikan pembinaan kepada mantan napi teroris. Yusuf dan beberapa teman diarahkan untuk berwirausaha. Pilihannya jatuh pada usaha kuliner. Yusuf lantas diberi modal Rp 6 juta, yang digunakan untuk membeli peralatan dapur. Inilah cikal bakal berdirinya Dapoer Bistik Solo. Moto warungnya adalah Food for Peace. Namanya buka usaha, jalannya memang tak pernah gampang. Usaha kulinernya sempat dicurigai sebagai tempat berkumpul para teroris. Yusuf menutup mata dan telinga dari semua gosip miring. Lambat laun orang tidak mempermasalahkan status Yusuf sebagai mantan teroris. Orang lebih peduli pada kualitas dan rasa masakan yang ditawarkan rumah makannya.

“Prinsip saya hingga detik ini, iringilah kesalahanmu dengan kebaikan. Saya tunjukkan, dari 2009 sampai sekarang bahwa saya bukan Yusuf yang dulu dan akan selalu seperti ini. Maka kepercayaan pun akan kembali,” ujar Yusuf. Kini Dapoer Bistik Solo dihadapi dengan masalah baru. Yusuf mengeluhkan biaya sewa yang mahal. Satu tahun ia harus mengeluarkan uang Rp 75 juta untuk sewa. Namun ia bersyukur. Sebab, ketika didera permasalahan, selalu ada jalan keluar. Belum lama ini ada investor yang menawarkan modal kepada Yusuf untuk membuka tempat usaha baru di Yogyakarta. “Itu masih dibicarakan. Kita lihat nanti saja. Semoga usaha saya semakin berkembang dan bisa menjadi inspirasi, terutama untuk mantan napi lain,” ungkap Yusuf.

Video Pengojek Remas Payudara Siswa sampai Sakit

Felicnewshot - Polisi meringkus pria berinisial M (47), karena diduga melecehkan seorang anak perempuan secara seksual. Aksi peleceh...